Pendekar SH Terate Berjiwa Kesatria Tau Benar dan Tau Salah
Tau benar dan tau salah serta tau menempatkan pada porsi dan posisinya.
Pendekar SH Terate ditempa untuk berjiwa kesatria,
berani membela yang benar
dan berani mengakui kesalahannya.
Bukan maksud untuk memecah persaudaraan atau berpihak ke salah satu kelompok dengan kubu-kubuan,
tetapi lebih menekankan kepada sikap jiwa kesatria yang memiliki pendirian kuat dengan memilih mana yang paling dibela.
Dimulai dari hal yang paling kecil dengan menunjukkan bahwa kita berpihak kemana itu sudah menjadi wujud kesatria yang menunjukkan jati diri sebagai siapa.
Bukan bersikap diam ataupun netral tetapi bertindak di belakang layar selayaknya pengecut atau pecundang yang mencari titik aman dan keselamatan atau keuntungan diri sendiri yang tidak mencerminkan sebagai seorang kesatria.
Melihat menurunnya jiwa kesatria pendekar SH Terate saat ini dengan bermacam dalih dan alasan,
sebaiknya coba kita mencontoh sikap semut yang berusaha membantu Nabi Ibrahim AS walaupun tidak membuahkan hasil, tapi setidaknya menunjukkan bahwa semut punya usaha dan pendirian berpihak kemana.
Seperti dikisahkan berikut ini :
Tatkala tubuh Nabi Ibrahim a.s dilempar ke kobaran api yang disiapkan oleh Namrud ibn Kan'an, seorang Raja yang pertama kali mengaku bahwa dirinya Tuhan dari Babil.
Dikisahkan ada dua ekor binatang yang turut 'berpihak dan berkontribusi' baik terhadap Nabi Ibrahim a.s atau kepada Namrud. Kedua binatang tersebut adalah semut dan cicak.
Semut tersebut berlari-lari dengan susah payah berusaha memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim a.s dengan membawa butiran air di mulutnya.
Semua heran dan bertanya, "Wahai semut untuk apa kamu bawa butiran air kecil itu, tidak akan ada gunanya dibanding dengan api Namrud yang akan membakar Nabi Ibrahim?"
Semut itu menjawab, "Memang air ini tidak akan bisa memadamkan api itu, tapi paling tidak semua akan melihat bahwa aku dipihak yang mana."
Disisi lain, cicak ikut meniup api yang dibuat oleh Namrud agar semakin membesar. Memang tiupan cicak tidak seberapa dan tidak akan membesarkan kobaran api itu, tapi dengan apa yang dilakukannya semua tau cicak ada di pihak yang mana.
Akibat keberpihakkan ini, cicak dianjurkan untuk dibunuh.
"Dari Sa'ad ibn Abi Waqqash bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassallam memerintahkan untuk membunuh cicak. Dan beliau menamakannya (cicak ini) hewan kecil yang fasik"
HR. Muslim
"Dahulu ia meniup api yang membakar Nabi Ibrahim a.s"
HR. Bukhari
Lalu, dimanakah keberpihakkan kita saat ini?
Di golongan 'semut' yang membela kebenaran atau di golongan 'cicak' yang membela kefasikan??
Tidak ada komentar: